Selasa, 10 Januari 2012

Contoh Resensi Novel Autumn In Paris





Judul : Autumn in Paris
Penulis : Ilana Tan
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Umum
Tahun Terbit : 2007
ISBN : 978-979-22-3030-7

Tara Dupont menyukai Paris dan musim gugur. Ia mengira sudah memiliki segalanya dalam hidup… sampai ia bertemu Tatsuya Fujisawa yang susah ditebak dan selalu membangkitkan rasa penasarannya sejak awal.

Tatsuya Fujisawa benci Paris dan musim gugur. Ia datang ke Paris untuk mencari orang yang menghancurkan hidupnya. Namun ia tidak menduga akan terpesona pada Tara Dupont, gadis yang cerewet tapi bisa menenangkan jiwa dan pikirannya… juga mengubah dunianya.

Tara maupun Tatsuya sama sekali tidak menyadari benang yang menghubungkan mereka dengan masa lalu, adanya rahasia yang menghancurkan segala harapan, perasaan, dan keyakinan. Ketika kebenaran terungkap, tersingkap pula arti putus asa… arti tak berdaya… Kenyataan juga begitu menyakitkan hingga mendorong salah satu dari mereka ingin mengakhiri hidup…


Seandainya masih ada harapan – sekecil apa pun – untuk mengubah kenyataan, ia bersedia menggantungkan seluruh hidupnya pada harapan itu…

Autumn In Paris adalah novel yang menceritakan kehidupan Tara Dupont gadis blasteran Perancis-Indonesia yang tinggal bersama Ayahnya di Paris selepas kedua orangtuanya bercerai. Bisa dikatakan Tara memiliki segalanya. Dia memiliki Ayah yang sangat menyayanginya, yang kebetulan juga pemilik beberapa Klub ternama di Perancis. Tara juga memiliki karir yang bagus sebagai penyiar di salah satu Radio terkenal di Paris. Ayah yang kaya dan mencintainya, karir yang bagus, teman-teman yang baik, membuat siapa saja mengira Tara memiliki hidup yang sangat sempurna. Tara sendiri berpikiran demikian, ia merasa dirinya sudah memiliki semua yang dia inginkan, kecuali mungkin cinta.

Tara sangat menyukai Sebastien Giraudeau seseorang yang sudah sangat lama menjadi sahabat Tara. Tara tidak pernah menyatakan perasaan terpendamnya pada Sebastien, ia lebih memilih menunggu Sebastien menyadari perasaannya lebih dulu.

Disisi lain Tatsuya Fujisawa seorang arsitek muda yang begitu membenci Paris dan musim gugur, memutuskan meninggalkan Jepang dan pergi ke Paris yang dibencinya. Untuk menemui seseorang di masa lalu Ibunya, seseorang yang secara tidak langsung sudah menghancurkan hidupnya.

Lewat Sebastien. Tara dan Tatsuya bertemu, sejak awal pertemuan mereka masing-masing memiliki ketertarikan satu sama lain. Tara beranggapan Tatsuya laki-laki yang sangat baik, penuh rahasia yang selalu membuatnya tidak pernah berhenti memikirkan Tatsuya. Hingga ia pelan-pelan mengalihkan perasaanya untuk Sebastien ke Tatsuya. Tidak berbeda dengan Tara, Tatsuya pun memiliki ketertarikan pada gadis itu, sejak pertama kali ia melihat Tara yang tanpa disadari oleh Tara sebelumnya, Tatsuya sudah menaruh hati pada sosok Tara. Gadis itu membawa kecerian tak terjelaskan untuknya, membuatnya yang begitu menbenci Paris dan musim gugur bisa melewati semuanya dengan banyak senyuman.

Di tengah semakin mendalam perasaan keduanya, fakta mengejutkan terkuak. Masa lalu Tatsuya, tujuannya datang ke Paris, seseorang yang begitu dibencinya. Semua menghubungkannya pada satu nama “Tara Dupont’ gadis yang sangat dicintainya.Fakta masa lalu yang menyakiti keduanya, menghancurkan keyakinan, dan mengikis semua harapan yang mereka miliki… Hingga keadaan memaksa mereka untuk mengubur semua perasaan cinta mereka yang tidak mungkin dipersatukan.

Empat jempol buat novel ini. Ilana Tan memang penulis yang tidak diragukan lagi keromantisannya dalam membuat sebuah tulisan. Semua tergambar jelas di keempat novel seri empat musimnya, Ilana Tan berhasil menghadirkan perasaan disetiap kata-kata dalam novelnya, walaupun itu terbilang adegan yang sangat sederhana. Apa yang dirasakan tokoh-tokoh dalam novel ini seperti bisa kita rasakan juga. Perasaan sakit dan kesedihan berhasil ditularkan novel ini kepada pembacanya dengan sempurna, membuat pembaca dibuat menangis saat membuka lembaran novel ini.

Novel 265 halaman ini mengakhiri ceritanya dengan Sad ending. Tapi walaupun begitu, itu tidak menjadikan pembaca marah dan kecewa pada penulisnya. Sekali lagi hebatnya dalam novel ini, penulis mengajak pembaca untuk menerima bahwa akhir seperti itu lah yang terbaik untuk tokoh-tokoh dalam novel ini.

0 komentar:

Posting Komentar